Profil Desa Pagojengan

Ketahui informasi secara rinci Desa Pagojengan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Pagojengan

Tentang Kami

Profil Desa Pagojengan, Kecamatan Paguyangan, Brebes. Mengupas tuntas potensi ekonomi UMKM mie kuning, kondisi demografi, tantangan infrastruktur jalan rusak, serta dinamika pemerintahan desa di jalur strategis selatan Brebes.

  • Pusat UMKM Strategis

    Desa Pagojengan merupakan rumah bagi UMKM yang tangguh, salah satunya produsen mie kuning yang telah diakui dan menjadi penopang ekonomi lokal

  • Tantangan Infrastruktur Vital

    Kondisi jalan penghubung utama yang rusak menjadi kendala serius bagi mobilitas warga dan distribusi ekonomi, menghambat potensi desa

  • Karakteristik Geografis Unik

    Sebagai desa dengan letak geografis terendah di Kecamatan Paguyangan, Pagojengan memiliki karakteristik dataran yang khas di wilayah selatan Brebes

Pasang Disini

Desa Pagojengan, sebuah kawasan permukiman strategis di Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, menampilkan potret wilayah yang dinamis. Berada di jalur perlintasan vital yang menghubungkan antardesa, Pagojengan menjadi salah satu pusat aktivitas ekonomi lokal, terutama melalui usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang berdaya tahan. Meski demikian, potensi besar yang dimiliki desa ini masih berhadapan dengan tantangan infrastruktur yang mendesak untuk dibenahi, menuntut perhatian serius dari pemerintah daerah demi menunjang laju perekonomian dan kesejahteraan warganya.

Geografi dan Demografi

Desa Pagojengan secara administratif terletak di Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Posisinya berada di bagian selatan dari wilayah Kabupaten Brebes, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Banyumas. Secara topografis, sebuah dokumen dari pemerintah kecamatan menyebutkan bahwa Desa Pagojengan merupakan desa dengan letak dataran terendah di seluruh Kecamatan Paguyangan, kontras dengan desa-desa lain yang berada di dataran lebih tinggi mendekati lereng Gunung Slamet.

Luas wilayah Desa Pagojengan, meskipun tidak tercatat secara spesifik dalam publikasi statistik terbaru, merupakan bagian integral dari total luas Kecamatan Paguyangan yang mencapai 104,94 kilometer persegi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Brebes tahun 2023, jumlah penduduk Desa Pagojengan tercatat sebanyak 8.183 jiwa. Angka ini terdiri dari 4.182 penduduk laki-laki dan 4.001 penduduk perempuan. Terdapat sedikit peningkatan dari data Sensus Penduduk tahun 2020 yang mencatat populasi sebanyak 7.971 jiwa, menunjukkan adanya pertumbuhan penduduk yang relatif stabil.

Secara kewilayahan, Desa Pagojengan terbagi menjadi beberapa dukuh atau dusun yang menjadi pusat permukiman warga. Dukuh-dukuh tersebut antara lain Dukuh Glempang, Dukuh Waru, Dukuh Krajan, Dukuh Sidamulya yang juga dikenal dengan sebutan Brug Bodol, Dukuh Penyingkir, Dukuh Kalibata dan Dukuh Rejomulyo. Keberadaan Dukuh Rejomulyo diketahui berbatasan langsung dengan wilayah Desa Kretek, sementara beberapa pemberitaan terkini mengindikasikan kedekatan dan keterhubungan akses jalan utama dengan Desa Taraban dan Desa Jatisawit. Hal ini menegaskan posisi Pagojengan sebagai desa yang terhubung erat dengan desa-desa tetangganya dalam satu ekosistem sosial dan ekonomi.

Potensi Ekonomi dan Mata Pencaharian

Perekonomian Desa Pagojengan digerakkan oleh berbagai sektor, dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu pilar utamanya. Salah satu produk unggulan yang paling menonjol dari desa ini ialah mie kuning. Usaha produksi mie kuning di Pagojengan telah berjalan turun-temurun dan mampu menembus pasar lokal hingga regional. Eksistensi UMKM ini bahkan mendapat perhatian nasional, yang dibuktikan dengan adanya kunjungan dari pejabat tinggi negara ke salah satu sentra produksi mie kuning di desa ini pada pertengahan tahun 2022. Kunjungan tersebut menegaskan bahwa produk lokal Pagojengan memiliki kualitas dan potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.

Di luar industri mie kuning, mayoritas penduduk Desa Pagojengan menggantungkan hidupnya sebagai buruh. Spektrum pekerjaan buruh ini cukup luas, mencakup buruh tani di sektor pertanian maupun buruh di sektor informal lainnya. Fenomena sosial yang cukup menonjol ialah tingginya angka perantauan di kalangan generasi muda. Banyak pemuda-pemudi dari Pagojengan memilih untuk mencari peluang kerja di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Tren ini menunjukkan adanya tantangan dalam penyediaan lapangan kerja yang memadai dan memiliki nilai ekonomi tinggi di dalam desa, sehingga migrasi keluar menjadi pilihan utama bagi angkatan kerja produktif.

Sektor pertanian, meskipun tidak menjadi satu-satunya tumpuan, tetap menjadi bagian dari lanskap ekonomi desa. Lahan-lahan yang ada dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian subsisten maupun komersial skala kecil. Namun profesi sebagai petani pemilik lahan tidak sebanyak profesi buruh tani, yang mengindikasikan struktur kepemilikan lahan yang mungkin terkonsentrasi pada segelintir pihak. Guna menopang kegiatan ekonomi yang lebih luas, keberadaan pasar desa dan toko-toko kelontong menjadi urat nadi perdagangan sehari-hari bagi warga.

Infrastruktur dan Dinamika Sosial

Salah satu isu paling krusial yang dihadapi Desa Pagojengan saat ini ialah kondisi infrastruktur jalan. Berdasarkan pemberitaan media lokal pada pertengahan tahun 2025, ruas jalan utama yang menjadi akses penghubung antara Pagojengan dengan desa tetangga seperti Taraban dan Jatisawit mengalami kerusakan parah. Kondisi jalan yang berlubang dan kerap tergenang air saat hujan turun tidak hanya menghambat mobilitas warga sehari-hari, tetapi juga berdampak langsung pada kelancaran distribusi barang dan jasa.

Jalan ini merupakan jalur vital yang dimanfaatkan oleh ribuan warga setiap harinya untuk bekerja, bersekolah, dan mengakses layanan publik. Lebih dari itu, jalan tersebut juga berfungsi sebagai jalur alternatif penting apabila terjadi kemacetan di jalan nasional. Keluhan mengenai kondisi ini telah berulang kali disuarakan oleh warga dan bahkan oleh kepala desa tetangga, yang menyoroti lambatnya respons dari dinas terkait. Kerusakan infrastruktur ini menjadi paradoks di tengah denyut ekonomi desa yang sebenarnya cukup aktif, berpotensi menjadi faktor penghambat pertumbuhan jika tidak segera ditangani secara serius.

Di sisi sosial kemasyarakatan, kehidupan warga Pagojengan berjalan dinamis. Organisasi seperti Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) aktif menggelar berbagai kegiatan pembinaan dan pemberdayaan bagi perempuan, yang dilaksanakan di balai desa. Kegiatan ini menjadi wadah bagi kaum ibu untuk meningkatkan keterampilan dan berpartisipasi dalam pembangunan desa. Kehidupan antarwarga di dukuh-dukuh yang ada juga terjalin dengan erat, didasari oleh semangat gotong royong dan kebersamaan yang masih kental.

Pemerintahan dan Pembangunan

Roda pemerintahan di Desa Pagojengan berjalan di bawah kepemimpinan Kepala Desa Suid Nurohman. Struktur pemerintahan desa terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan menjalankan program-program pembangunan. Salah satu bukti dari dinamika birokrasi di tingkat desa ialah dilantiknya Dani Abdurozak sebagai Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan yang baru pada awal tahun 2025. Proses pengisian jabatan melalui seleksi terbuka ini diharapkan dapat memperkuat tata kelola pemerintahan desa menjadi lebih profesional dan responsif.

Pemerintah desa secara aktif terlibat dalam berbagai forum koordinasi, termasuk dalam monitoring dan evaluasi (monev) pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan aset desa lainnya. Meskipun informasi mengenai program unggulan BUMDes Pagojengan belum banyak terekspos, upaya monev yang dilakukan bersama pihak kecamatan menunjukkan adanya komitmen untuk mengelola potensi ekonomi desa secara lebih terstruktur.

Ke depan, fokus utama pembangunan yang diharapkan oleh masyarakat tidak lain ialah perbaikan infrastruktur jalan yang menjadi isu sentral. Sinergi antara pemerintah Desa Pagojengan, pemerintah Kecamatan Paguyangan, dan Pemerintah Kabupaten Brebes menjadi kunci untuk merealisasikan aspirasi tersebut. Dengan adanya perbaikan aksesibilitas, diharapkan potensi ekonomi yang sudah ada, seperti UMKM mie kuning, dapat semakin berkembang dan pada gilirannya mampu menciptakan lebih banyak lapangan kerja lokal, mengurangi angka urbanisasi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.